Sering kali kita segera memutuskan untuk menilai sesuatu yang padahal kita hanya tahu dari sisi presepsi keluasan wawasan kita, karena dasar penilaian ini hanyalah mewakili ke-egoan kita untuk cepat memiliki keputusan, padahal banyak fakta yang tertutup dari sesuatu yang terlanjur kita nilai itu.
berikut adalah gambaran sesuatu yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga bermanfaat.
Salam Hangat,
Ivan MM
we are SPECIAL!!
=============================================
Kesalahan Berbunngkus Keindahan
Suatu hari, seorang profesor mengajar mahasiswanya tentang konservasi alam. Materi berkisar tentang penyebab kerusakan sumberdya alam. Kerusakan alam oleh beliau dikaitkan dengan nilai, persepsi dan moral pengelola alam ini yaitu manusia.
Saat masuk pada pembahasan tentang nilai (value), Sang profesor lalu menunjuk sebuah lukisan yang terpampang didinding ruang kuliah. “Coba kalian lihat lukisan itu, apa nilai yang terkandung di dalamnya” Suruh beliau. Para mahasiswa pun serentak memandangi lukisan bergambar sepasang burung Merpati dan sepasang burung Cendrawasih yang hinggap di pepohonan yang penuh dengan bunga dan buah. Pohon itu bahkan ada buah anggur di tangkainya.Lukisan itu memang sekilas nampak begitu bagus, apalagi peukisnya berasal dari Bali.
Lalu para mahasiswa pun memberi jawaban satu per satu. Beberapa jawaban yang terlontar bahwa nilai dari lukisan itu adalah keharmonisan, keindahan, keanekaragaman dan kedamaian.
“Bagi saya, lukisan itu, its wrong” Begitu tanggapan beliau setelah mendengar jawaban kami. “Kenapa begitu ?” Beliau melanjutkan tanggapannya.
“Mana mungkin merpati dan cendrawasih hidup berdekatan dan dalam habitat yang sama? Dan mana mungkin ada anggur tumbuh di tangkai pohon. Dia kan tumbuhan merambat? Bagi saya...It’s wrong.”
Para mahasiswa tersipu malu. Mereka merasa sangat dangkal menilai sebuah lukisan. Mereka semata-mata meamandang keindahan semata. Padahal lukisan pohon dengan dua pasang burung itu mengandung nilai yang menyesatkan. Sebuah kesalahan berbungkus keindahan.
Lalu beliau menjelaskan apa itu nilai, persepsi dan moral. Nilai dpandang sebagai pijakan untuk mengidentifikasi kualitas positif atau negatif pada sebuah kejadian, obyek atau situasi. Nilai itu bersumber dari pengalaman, pengetahuan dan rasa. Nilai akan melahirkan persepsi dan persepsi memunculkan moral atau etika pada individu atau masyarakat. Imajinasi boleh-boleh saja menghasilkan karya yang indah. Namun imajinasi harus berdasarkan pengetahuan yang benar sehingga nilai yang dipetik dari sebuah karya tidak menyesatkan.
Sebuah lukisan yang salah secara logika ternyata mempunyai nilai yang indah bagi seseorang. Memang keindahan itu rasa, namun bila manusia menganggap berbagai kesalahan, ketidakpantasan, kekonyolan adalah sebuah keindahan, maka sungguh sangat menyesatkan nilai yang sudah tertanam pada diri mereka.
Kita bisa lihat, betapa kehidupan masyarakat di sekitar kita dipenuhi dengan keindahan-keindahan yang sebenarya salah dan menyesatkan. Wanita yang berpenampilan tidak senonoh dan bergerak mengundang godaan dianggap keindahan. Berkata-kata kotor, menghina, berbohong dan merendahkan martabat orang lain dengan alasan humor atau menghibur adalah bagus. Membangun mall dengan menggusur areal hijau penuh dengan pohon dianggap karya arsitektur indah. Bahkan ada ungkapan yang memprihatinkan yang dikatakan sekelompok masyarakat bahwa selingkuh itu indah. Bila disederhanakan bahwa melakukan hal yang tidak bermoral itu indah. Sungguh memprihatinkan.
Bila kesalahan –kesalahan banyak yang dianggap indah, sebaliknya kebaikan-kebaikan malah dianggap kuno, membatasi, tidak menghargai perasaan, tidak gaul atau tidak umum. Maka pantas saja banyak pihak yang lebih menyukai tanah-tanahnya gundul, halaman gedung dan rumah-rumah tak bertanaman, memuji perbuatan dosa karena berani mengaku atau menggunakan cara-cara tak wajar dan salah untuk mempopulerkan diri. Kerusakan itu bermula dari nilai yang menyesatkan yang tertanam dalam pikiran mereka. Kesalahan nilai akan berdampak pada persepsi yang tidak benar dan akhirnya kualitas moral juga akan rendah.
Kita mungkin masih ingat lagu Rhoma Irama
” Mengapa semua yang enak-enak itu diharamkan....”
”Mengapa semua yang asyik-asyik, itu yang dilarang.....”
Ya, karena kesalahan-kesalahan dipandang nikmat, Ya karena salah itu indah....mungkin.
Maka bila kita ingin memperbaiki lingkungan, melestarikan hutan, melindungi satwa yang hampir punah, mengembalikan kuantitas dan kualitas air seta terhindar dari bencana lingkungan, perbaikilah moral. Orang yang bermoral akan sangat perhatian pada kebaikan. Kebaikan itu pastilah bersumber pada kebenaran.. Bukan keindahan semata.
Sumber : Achmad Siddik Thoha
No comments:
Post a Comment