Thursday, May 26, 2016

Menakar bang toyib

          Lagu bang toyib berbunyi, 3 kali puasa 3 kali lebaran, bang toyip kagak datang nah, sedikit intinya seperti itu, karena saya kurang hafal lagu panjangnya. lagu bang toyib ini ternyata selalu terngiang di telinga saya, saat - saat dimana saya jauh dari keluarga, yang terpisah karena  keadaan yang memaksa, saya katakan memaksa karena berbagai cara sudah saya tempuh, dimulai dari akhir tahun 2011 hingga puncaknya pada pertengahan tahun 2012. disinilah cerita dimulai hingga saat ini di tahun 2016 menjelang puasa tiba.

flash back,
            dahulu sebelum menetapkan pilian pekerjaan yang diridhoi orang tua saya ini, saya sempat kesana dan kemari bekerja di beda perusahaan tercatat hanya 2 perusahaan yang telah saya hinggapi, selepas hijrah dari jogja. Pada setiap tempat saya selalu berdoa, bahwa ramadhan tahun ini saya sedang di tempat A, dan berstatus di media social "check in here" bak anak2 muda pada jamannya, selang tahun berikutnya
            Alhamdulillah, Alloh mengizinkan saya berpindah dari tempat training yang diselenggarakan perusahaan ke tempat on the job training, itu saya menyebutnya, padahal di OJT itu, ya,.. saya bekerja nya dan langsung berhadapan dengan karyawan saya yang nyatanya lebih senior merasakan asam garam kehidupan. disini ada cerita sendiri, namun, saya masih enggan menjelaskannya, lha wong tujuanya tulisan ini ndak menjelaskan ke situ.
            lanjut, saat ramadhan tiba, saya menyetatus lg, bahwa sudah "check in di kota B' alhamdulillah sudah berpindah lagi tempatnya dr ramadhan sebelumnya hal ini menjadi rutinan tiap tahun, hingga ramadhan ke ramadhan, tiba perubahan ke ramadhan selanjutnya, tentunya ramadhan sekitar tahun 2010 saya berstatus di media sosial sedang "check in di kota C" kota jakarta. kota dimna saya bertemu teman2 seperjuangan yang dulu bareng menimba ilmu di jogja. Cerita dimulai dari sini, saat orang tua hanya ridho dengan pekerjaan yang semacam dengan profesi nya, yang resmi, ambtenar, dan berpensiun, meski gaji cukup2 saja. maka saya putuskan melamar kesana kemari, tercatat 8 instansi yang telah saya daftari, bayangkan dalam waktu kurang lebih 6 bln saya bisa mendahftar 8 instansi hal tersebut akan susah dilakukan di tahun selanjutnya. sistem seleksi yang sudah mulai ketat dan hanya 1 KTP yang bisa digunakan untuk mendaftar, apabila tahun ini gagal maka menunggulah tahun berikutnya, atau sampai  ada lowongan lagi pembukaan instansi tersebut. terlebih dibayangi dengan isu moratotium makin pantas sulitlah persaingan masuk instansi sejenis di negeri ini.

            Alhamdulilla, dengan jurus semangat pemuda, dari ke delapan lamaran tersebut ternyata ada 1 yang nyanthol,..
nyanthol,.. 
ya nyanthol,.. 
              saya diterima bekerja di tempat yang mungkin bisa saya bilang pilihan otoatis utk saya dan juga tentunya telah diridhoi oleh orang tua. saat pertama masuk ke instansi ini, saya sudah merasakan, wah bakalan aneh neh,.. tp yakin.. ini akan berbeda, gumam saya oh ya,... disini tempat kerja baru saya masih aktif menyetatus, sudah pindah ke kota D alhamdulillah pindah lagi,... horeee,.. langjut tahun berikutnya, saya putuskan untuk menikah, dengan pertimbangan, nyari apalagi, ha wong keinginan orang tua sudah kupenuhi walau ada sedikit keterpaksaan (jadinya) langjutlah fase menikah, dan di tahun itu pula saya sudah pindah tempat, sudah di kota E (yang masih bimbang) bisa di E atau ke kota selanjutnya. langjut,.. karena keputusan memiliki istri dan keluarga, saya putuskan untuk hijrah ke kota E saja sebagai tempat tinggal, karna obsesi juga sih,.. untuk menguasai kota e dan sekitarnya sebagai ikon keberhasilan bekerja.

              Cerita berlanjut, mengurus kepindahan, lewat sana sini,.. oh bulshit,.. shit,.. sungguh beda rasanya corporate culture yang telah terbentuk di kantor baru ini, hal yang paling "brengsek" saya rasakan juga  rumitnya birokrasi dan senioritas yang sangat kental, menjadi kendala hingga saat ini, saya hingga saat ini  sudah memiliki 2 anak, namun masih juga aroma ke"brengsekan" di unit ini kental rasanya, saya sebut unit, karena bagian dari sistem kecil dan saya yakin ini terjadi hampir merata, namun pas di unit saya ini, saya pikir dan rasa, sungguh paling menyebalkan. diantaranya faktor pendukung nya adalah addanya struktur organisasi yang jauh, antara senior dan junior terpaut umur jauh, hal ini menyebabkan gesekan - gesekan yang tidak dimaklumi.

             saya sampai jengah juga,.. klau saya melawan sistem ini maka energi saya akan musnah dan sia -sia saja, karena sistem itu terlalu kuat jika saya melawan sendirian. sembari mencari strategi yang tepat, tibalah beberapa pergantian pemimpin, dimana saya mendapatkan promosi, ya promosi untuk sekolaah,.. semoga,.. secercah harapan kecil ini bisa membawa perubahan dan alat untuk bisa mengumpulkan keluarga saya.
ammin,...

nduk le, bapake muleh..
Salam berproses!!

No comments:

Post a Comment