Thursday, July 10, 2014

Pelajaran berharga dalam Pilpres 2014

"Suro diro joyo ningrat, lebur dening pangastuti"

Suro       = Keberanian

Diro       = Kekuatan

Joyo       = Kejayaan

Ningrat   = Bergelimang dengan kenikmatan duniawi

Lebur       = Hancur, musnah

Dening      = dengan

Pangastuti = Kebijaksanan, kasih sayang, kebaikan

                    Kesemua penggal kata tersebut apabila digabungkan akan memiliki arti mendekati seperti dibawah ini

"Semua Keberanian, Kekuatan, Kejayaan, dan Kemewahan yang ada di dalam diri manusia akan dikalahkan oleh Kebijaksanaan, Kasih Sayang, dan Kebaikan yang ada di sisi lain dari manusia itu sendiri"

                   Suro diro joyo ningrat, lebur dening pangastuti merupakan pepatah jawa yang mashur dikalangan orang jawa, dan ternyata pepatah ini mampu menyimpulkan perolehan suara pada pilpres 2014 kali ini. Meskipun data yang masuk adalah masih merupakan data quick count yang dilansir oleh beberapa lembaga survei yang ada di indonesia. Sungguh fenomena pengungkapan hasil quick count kemarin begitu tragis, tragis karena ada yang sampai menyatakan berani diperkosa apabila pasangan calon yang didukungnya tidak menjadi presiden, ada pula yang berani dipotong jarinya, ada pula yang berani telanjang bulat dan lebih tragis lagi ada yang mau bunuh diri apabila calon presidennya tidak terpilih dalam pilpres 2014.
                    Ini sungguh-sungguh terjadi di negeri rayuan pulau kelapa yang kita cintai ini. negeri yang dikabarkan tahun 2030 (?) menjadi negeri pemimpin dunia dengan kemasyhuran penduduknya. hanya terpecah dengan adanya pesta demokrasi.
                    Fenomena keberanian menyatakan keputusan mendukung salah satu calon merupakan hal yang wajar dan umum bagi setiap penduduk. pasalnya, segalanya juga pasti butuh sosok yang berkarakter sesuai dengan hati nurani. ya hal inilah yang seharusnya menjadi patokan dalam memilih, namun bukan sebaliknya, hanya keputusan emosional yang diusung oleh beberapa warga yang menjadi trend setter sehingga dengan buta investigasi, para follower mengikuti pilihan sang trend setter tersebut.
                   Tragis sudah negeri ini, energi terbuang sia-sia karena menjelek2an pasangan calon presiden yang bukan pilihannya, bukankah akan lebih elegan apabila masing-masing tim sukses mampu meredam aroma2 jelek yang akan dihembuskan ke pihak lawan, namun menggantinya dengan adu gagasan dan argumen kebaikan untuk membangun negeri yang kita cintai ini.
                  Sesungguhnya, pesta demokrasi ini hanyalah sebagai pintu gerbang untuk mengisi kemerdekaan yang telah kita raih, karena masih banyak agenda kegiatan yang harus tetap dijalankan demi mengurus negeri ini. jangan jadikan pesta demokrasi sebagai ujung tombak perpecahan bangsa, suku, agama, ras dan golongan. tetaplah bersikap "menang ora umuk, kalah ora ngamuk"

menang     = menang
ora             = tidak
umuk         = sombong, pongah
kalah         = kalah
ora             = tidak
ngamuk      = berbuat kerusakan, fasad

           Menang ora umuk, kalah ora ngamuk, jika menang tidak sombong, kalaupun kalah tidak berbuata kerusakan, apabila menang sudah sepatutnya bersyukur dan apabila kalah sudah sepatutnya bersabar.
Syukur dan sabar adalah senjata diri untuk mencegah dari perbuatan yang kurang terkontrol. kurang terkontrol karena hanya melibatkan nafsu belaka tanpa adanya landasan logis dalam menganalisa akibat yang akan ditimbulkan.

                   Dalam masyarakat kita ada hukum alam yang cukup terkenal yaitu hukum tabur tuai, dimana hukum ini adalah yang menjadi sebab akibat yang kita terima dalam hidup ini. kita bisa simak tebaran hukum tabur tuai ini dalam pilpres 2014. sebagai contoh ada pasangan yang menggulirkan kampanye negatif terhadap pasangan lain, padahal apabila kita telisik lebih dalam kampanye negatif tersebut belum tentu benar2 terjadi. dan hegemoni dari kampanye tersebut sudah menggelora. Ngenes, apa jadinya apabila tuduhan semacam itu benar2 tidak terbukti (?) apakah ada keinginan utnuk meminta maaf ?.
oh,.. tidak mungkin lah,.. yang ada adalah semakin mempertajam permusuhan dan berakibat perpecahan.

                   Saya salut dengan salah satu tim sukses capres yang dengan santainya menanggapi isu2 negatif yang berhembus di kubunya dengan pernyataan "jangan dibalas, tetap sebarkan kebaikan" hal ini adalah sebuah antithesis keburukan dibalas dengan keburukan.


ya,.. saya kira ada pelajaran baik dalam Pilpres 2014 ini, saya secara pribadi hanya menyimpulkan :


"SURO DIRO JOYONINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI"

Monggo dipun ambil hikmahnya pasca hajatan pesta demokrasi pilpres 2014.

Kubu yang kalah sepatutnya berSABAR krn masih ada kesempatan di tahun 2024 (?)

Kubu yang menang sepatutnya berSYUKUR krn upaya mengisi kemenangan adalah amanah dari rakyat.



Menang ora umuk, kalah ora ngamuk

Salam kemenangan *-*v v for victory

Sesungguhnya fitnah itu lebih keji.



















nb : foto diambil dari akun FB teman tanpa seizin yang punya dab! :p 













No comments:

Post a Comment