Bekerja Keras, Bekerja Cerdas dan Bekerja Ihlas
dilihat secara sederhana ketiga cara kerja tersebut diatas tidak bisa dipisahkan satu sama lain, hal ini karena ketiganya adalah unsur utama pencitraan orang bekerja, karena sejatinya orang bekerja menggunakan modal dasar yang telah dimiliki/diwariskan secara alami oleh Tuhan YME Alatnya adalah Fisik (bekerja Keras), Pikiran (bekerja cerdas), Perasaan/hati (bekerja ihlas). Membicarakan masalah 3 cara bekerja diatas, pasti sangat berkaitan dengan jargon do what you love, love what you do, Nah,... "do what you love, love what you do" mana yang lebih didahulukan?
kini, jargon "do what you love, love what you do" menjadi berat rasanya bila kita harus terpaksa memilih pernyataan yang ke-2 lebih dahulu (love what you do-red). artinya bila kita telah memilih pernyataan ke-2 tersebut maka bisa dimaknai bahwa kita telah berpasrah dan bisa ditegaskan menyerah, pasalnya pernyataan love what you do, "mencintai apa yang kamu lakukan" adalah sebuah keputusan dimana sudah tidak ada pilihan lagi kecuali sesuatu yang telah dilakukan itu. pernyataan ke-2 ini sangat memberatkan bagi siapapun yang ingin mengaktualisasikan diri dilingkungannya baik untuk pengembangan pribadi di tempat kerja maupun di lingkungan sosialnya. dan bisa disimpulkan sementara pernyataan ini sering diambil oleh para individu yang cenderung bekerja lebih banyak menggunakan porsi fisik (kerja keras) dibanding porsi kerja yang lain yaitu kerja cerdas dan kerja ihlas. disisi lain Penyataan berbeda terletak pada pernyataan ke-1 (do what you love-red) pernyataan ke-1 ini sungguh sangat bebas, dan ringan dengan kondisi apapun untuk menyesuaikan. pernyataan ini saya rasa lebih fleksibel dan tentunya keputusan memilih sesuatu yang harus didahulukan oleh siapapun dalam bekerja, pasalnya pernyataan ke - 1 ini lebih mendukung dalam kebebasan pencapaian-pencapaian dalam memegang kendali terhadap diri. dan bila berangsur-angsur penryataan ke-1 (do what you love-red) ini digelar dalam aktivitas keseharian individu di lingkungannya maka tak heran puncak Aktualisasi diri akan mudah tercapai.
Sebelum menutup, saya mengutip pernyataan hebat seorang penulis dan motivator ternama Jennie S. Bev yang saya rasa pernyataan hebat ini sangat cocok untuk siapapun.
"Kenyamanan menjadi diri sendiri tidak perlu ditutup-tutupi supaya lawan bicara tidak tersinggung karena setiap orang mempunyai tempat tersendiri di dunia yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Saya adalah saya, mereka adalah mereka. Dengan menjadi diri saya sendiri, saya tidak akan mengusik keberadaan mereka. Jika mereka merasa tidak nyaman, itu bukan karena kepribadian saya, namun karena mindset yang berbeda dan kekurangmampuan mereka dalam mencapai kenyamanan dengan diri sendiri".
Di akhir tulisan saya menyatakan, leih baik menegaskan diri memilih pernyataan "Love what you do" dimanapun lingkungannya daripada menyesal seumur hidup menjadi robot tuannya.